Bung Hatta: "Perekonomian kita harus disusun di atas dasar tolong-menolong, bekerja bersama untuk keperluan dan kemajuan bersama."

0


 Muhammad Hatta dikenal sebagai sosok pemimpin yang memiliki sikap tenang dan sangat hati-hati. Ia adalah pemikir paling logis dan paling luas bacaannya di antara tokoh-tokoh nasionalis sebelum perang kemerdekaan. Sepanjang hidupnya, Hatta juga merupakan penulis yang sangat produktif. Secara teratur ia menyumbangkan pemikirannya terkait masalah politik, sosial, dan ekonomi di berbagai jurnal, majalah dan harian. Empat jilid kumpulan karya tulisnya yang terbit di permulaan tahun 19950-an, dari teori ekonomi, politik internasional, bergerak nasional di negara-negara lain, sampai persoalan mendasar sosial dan ekonomi di daerah pedesaan Indonesia; pentingnya bahasa dan kebudayaan daerah, dan peranan serikat buruh dalam masyarakat modern.

KOPERASI

Hatta secara tuntas mempelajari gerakan koperasi di eropa di tahun 1920-an, langsung di Denmark. Tapi ia membantah jika konsep kolektivisme sebagai jalan keluar krisis pedesaan di Indonesia yang dikemukakannya adalah hasil pemikiran barat. Koperasi lahir dari jiwa rakyat Indonesia. Sistem kolektif dan Koperasi tidak bertujuan menghasilkan keuntungan, namun untuk menyediakan keperluan hidup para anggotanya.

Hatta menyadari bahwa sebagian besar rakyat Indonesia akan tetap menjadi masyarakat pedesaan selama puluhan tahun setelah kemerdekaan. Oleh karena itu, ia menganjurkan pendirian koperasi untuk mengatasi krisis pedesaan selain mengembangkan sektor industri. Hatta juga membayangkan koperasi pertanian dikaitkan dengan koperasi penyaluran dan koperasi dagang yang dapat yang dapat menyediakan barang-barang dari luar untuk orang-orang di desa. Tidaklah mengherankan jika Hatta mendesak memasukan pasal Pembentukan Koperasi dalam UUD1945 dan terus menerus menganjurkan pelaksanaannya secara menyeluruh setelah kemerdekaan.

KONFERENSI MEJA BUNDAR

Sumbangan jasa Bung Hatta dalam revolusi ialah kepemimpinannya dalam delegasi Indonesia ke Konferensi Meja Bundar di Belanda pada Agustus dan September1949, yang menghasilkan penyerahan kekuasaan kepada Republik Indonesia Serikat. Menurut mereka yang turut serta dalam konferensi tersebut, Hatta merupakan perynding terlatih, mengerti orang belanda, dan juga dihormati orang belanda. Peranan diplomasi paling sesuai dengan pengalamannya selama di Belanda, disamping ketajaman intelektualitas dan pengertiannya yang luas tentang sejarah Eropa.

Sumbangan Hatta dalam merampungkan Revolusi adalah peranannya yang sangat penting dalam mengubah struktur federasi Republik Indonesia Serikat yang disetujui Belanda pada bulan Desember1949 menjadi Kesatuan Republik Indonesia pada bulan September 1950. Sekali lagi di sini tampak keunggulannya di antara para pemimpin politik Indonesia dari segala golongan. Keprihatinannya terhadap daerah luar Jawa, keterampilan, dan kesabarannya dalam menengahi perselisihan dan perundingan, membantu mengarahkan perubahan berjalan dengan cepat dan sungguh-sungguh berjalan dengan harmonis.

Pada tanggal 1 Desember1956, Hatta mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden. Ia tidak ingin ambil bagian dalam penggusuran Demokrasi Parlementer yang diperjuangkannya semenjak tahun 1920-an. Sewaktu Orde Baru tegak, kegiatan politik Hatta secara praktis telah berlalu. Sebagian besar dari sisa hidupnya ia pergunakan untuk menulis, termasuk mengembangkan gagasan-gagasannya yang  matang sejak tahun 1920-an atau mengumpulkan memoar dan kenang-kenangan politiknya.

Dalam kehidupan sehari-harinya, Hatta memiliki waktu khusus untuk belajar. Ia adalah sosok yang jauh dari kemewahan. Semenjak kecil, Hatta sudah senang menabung. Uang sakunya sebesar satu gobang (25) sen disimpan untuk membeli buku. Bahkan, setelah berkeluarga pun Bung Hatta tak pernah memiliki deposito, hanya karena semua tabungannya dibelanjakan untuk buku.


Post a Comment

0Comments
Post a Comment (0)