Hatta dan buku
Oleh Ananda Abdillah:
Pada tahun 1920-an, Hatta dikenal memiliki perpustakaan paling lengkap di antara mahasiswa di negeri Belanda. Kawan-kawannya mengenang, “ia sangat jarang menghabislan waktu untuk ikut serta dalam kegiatan lazim mahasiswa di luar tujuannya seperti berdansa dan tonton bioskop tapi justru ia sibuk mengikuti kegiatan politik. ‘’ Konon ia juga pernah dengan sengaja membercaki tangannya dengan tinta untuk menolak ajakan dansa karena tak mau diganggu jam membacanya.
Ibunda Hatta pernah merasa jengkel terhadap putranya lantaran hadiah pengantin Hatta kepada Rachmi adalah sebuah buku. Di hari bahagia itu, di vila Megamendung, kepada calon istrinya-yang masih berusia 19 tahun itu-Hatta menghadiahkan bukunya yang baru selesai dikerjakan : Alam Pikiran Yunani. Bagaimanapun juga lazimnya hadiah pernikahan adalah simbol berharga seperti uang atau emas. Maskawin Hatta untuk Rachmi itu ditulis saat pembuangan di Digul sekitar tahun 1934.
Dalam kehidupan sehari-harinya, Hatta memiliki waktu khusus untuk belajar. Ia adalah sosok yang jauh dari kemewahan. Semenjak kecil, Hatta sudah senang menabung. Uang sakunya sebesar satu gobang (25 sen) disimpan untuk membeli buku. Bahkan, setelah berkeluarga pun Hatta tak pernah memiliki deposito, hanya karena semua tabungannya dibelanjakan untuk buku.